PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) tampaknya masih akan menunda peluncuran mobil hybrid di Indonesia tahun ini. Keputusan ini cukup mengejutkan, mengingat beberapa kompetitor Jepang telah lebih dulu memasarkan kendaraan hybrid di pasar domestik. Meskipun demikian, MMKSI memiliki alasan strategis di balik penundaan tersebut.
Presiden Direktur MMKSI, Atsushi Kurita, menjelaskan bahwa fokus utama perusahaan saat ini adalah memperkenalkan SUV tujuh penumpang baru yang dirancang khusus untuk pasar Indonesia. SUV ini diproyeksikan mengisi celah antara Pajero Sport dan Xforce, menargetkan segmen yang belum tergarap secara maksimal oleh Mitsubishi. “Tentu teman-teman sudah tahu bahwa kami punya produknya di Thailand. Kami juga bisa memproduksi model hybrid tersebut di sini. Jadi setelah kami perkenalkan produk baru tadi (SUV tiga baris) kami baru akan memulai untuk mempelajari peluncuran mobil hybrid itu,” ungkap Kurita dalam pernyataan resminya di Jakarta, Jumat (16/5/2025).
Dengan meluncurkan SUV tiga baris ini, Mitsubishi mengincar peningkatan pangsa pasar hingga 10% pada tahun 2025. Saat ini, pangsa pasar Mitsubishi di Indonesia berada di angka 8%. Strategi ini dinilai lebih prioritas daripada langsung meluncurkan mobil hybrid.
“Jadi ini hanya soal prioritas saja. Prioritas kita sekarang untuk masuk ke pasar baru. Kita belum punya segmen SUV 3 baris dengan 7-penumpang. Sekarang kita punyanya Pajero Sport, kalau mau ke bawah, langsung Xpander Cross,” lanjut Kurita menjelaskan alasan prioritas perusahaan.
Setelah sukses memperkenalkan SUV tujuh penumpang barunya, barulah MMKSI akan mempertimbangkan peluncuran mobil hybrid secara bertahap. “Setelah itu, barulah kita akan memperkenalkan hybrid satu per satu untuk meningkatkan market share. Itu strategi kita,” tegas Kurita.
Rencana Produksi Lokal Mobil Hybrid
Thailand saat ini menjadi basis produksi dan penjualan mobil hybrid Mitsubishi, dengan Xpander, Xpander Cross, dan Xforce telah tersedia dalam varian hybrid. Namun, MMKSI memiliki rencana jangka panjang untuk memproduksi mobil hybrid secara lokal di Indonesia.
President & Chief Executive Officer Mitsubishi Motors Corporation, Takao Kato, sebelumnya menyatakan rencana peningkatan kapasitas produksi pabrik Mitsubishi di Cikarang, Jawa Barat. Peningkatan kapasitas ini akan mendukung produksi model-model baru, termasuk kendaraan elektrifikasi seperti mobil hybrid.
Pabrik di Cikarang, yang mulai beroperasi pada April 2017, awalnya memiliki kapasitas produksi 160.000 kendaraan per tahun. Kapasitas ini kemudian ditingkatkan menjadi 220.000 kendaraan pada tahun fiskal 2019. Saat ini, produk Mitsubishi dari Cikarang telah diekspor ke berbagai negara di Timur Tengah, Afrika, ASEAN, dan lainnya. Mitsubishi berencana untuk memasarkan mobil hybrid buatan Indonesia ke pasar ekspor tersebut.
“Kita akan produksi mungkin model hybrid, jadi nantinya model hybrid itu akan diekspor ke negara-negara tersebut,” kata Kato.
Sinyal Kehadiran Xpander Hybrid
Kemunculan Xpander Hybrid di Indonesia semakin santer terdengar. Mitsubishi telah mendaftarkan desain indikator informasi kendaraan hybrid di Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri Kementerian Hukum dan HAM, terdaftar dalam Berita Resmi Desain Industri No. 20/DI/2024. Desain yang terdaftar menggambarkan cara kerja sistem hybrid, dengan baterai yang menyalurkan tenaga ke roda depan, serta mesin yang juga menggerakkan roda depan. Hal ini semakin menguatkan spekulasi bahwa desain tersebut adalah untuk Xpander Hybrid.
Meskipun MMKSI belum memberikan konfirmasi resmi mengenai model hybrid yang akan diluncurkan, peningkatan kapasitas produksi, rencana ekspor, dan pendaftaran desain indikator informasi kendaraan hybrid menunjukkan komitmen Mitsubishi untuk menghadirkan teknologi hybrid di pasar Indonesia dalam waktu dekat. Hanya saja, prioritas bisnis saat ini tampaknya lebih tertuju pada perluasan segmen pasar dengan SUV tujuh penumpang baru.
Strategi ini menunjukkan pertimbangan yang matang dari MMKSI dalam menghadapi persaingan pasar otomotif Indonesia yang semakin ketat. Perusahaan tampaknya lebih memilih pendekatan bertahap, dengan fokus pada penetrasi pasar di segmen baru sebelum berinvestasi besar-besaran dalam peluncuran model hybrid.