News  

Nasib Nissan di Ujung Tanduk: Pabrik Jepang & Meksiko Terancam Tutup

Nissan Motor Co. sedang menghadapi krisis finansial yang signifikan, memaksa perusahaan untuk mempertimbangkan penutupan beberapa pabrik di seluruh dunia. Rencana ini merupakan bagian dari restrukturisasi besar-besaran yang bertujuan untuk memangkas biaya dan meningkatkan profitabilitas.

Restrukturisasi ini melibatkan pengurangan jumlah pabrik dari 17 menjadi 10, serta pengurangan sekitar 20.000 pekerja, atau 15 persen dari total tenaga kerja global Nissan. Langkah drastis ini menunjukkan betapa seriusnya kondisi keuangan perusahaan saat ini.

Penutupan Pabrik di Jepang

Di Jepang, dua pabrik yang menjadi kandidat penutupan adalah Oppama dan Shonan. Pabrik Oppama, yang telah beroperasi sejak 1961, memiliki kapasitas produksi tahunan sekitar 240.000 unit dan mempekerjakan sekitar 3.900 orang. Penutupan pabrik ini akan berdampak besar bagi perekonomian lokal dan para pekerjanya.

Pabrik Shonan, yang dioperasikan oleh Nissan Shatai, memiliki kapasitas produksi sekitar 150.000 unit per tahun dan mempekerjakan sekitar 1.200 orang. Jika kedua pabrik ini ditutup, maka ini akan menjadi penutupan pabrik pertama Nissan di Jepang sejak tahun 2001, menandakan sebuah peristiwa bersejarah yang signifikan.

Penutupan Pabrik di Amerika Latin

Di Argentina, Nissan telah mengumumkan akan menghentikan produksi di pabrik Córdoba mulai Januari 2026. Penutupan ini merupakan bagian dari strategi konsolidasi produksi pikap di satu pusat produksi regional, yang terletak di pabrik Civac, Morelos, Meksiko.

Pabrik Córdoba sebelumnya memproduksi model Nissan Frontier (Navara) dan mempekerjakan ratusan pekerja. Penutupan ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang dampaknya terhadap industri otomotif lokal dan tingkat pengangguran di Argentina. Pemerintah Argentina mungkin perlu menyiapkan program restrukturisasi untuk membantu para pekerja yang terkena dampak.

Penutupan Pabrik di Meksiko dan Strategi Global

Di Meksiko, Nissan berencana untuk mengkonsolidasikan fasilitas produksinya, meskipun detail spesifik mengenai pabrik mana yang akan ditutup belum diumumkan. Perusahaan perlu menjelaskan secara transparan rencana penutupan ini kepada publik dan para pekerjanya.

Selain penutupan pabrik, Nissan juga telah mengumumkan bahwa Renault akan membeli saham Nissan di usaha patungan di India. Langkah ini menunjukkan adanya perubahan strategi global Nissan yang fokus pada efisiensi dan pengurangan biaya.

Langkah-langkah restrukturisasi ini diambil setelah Nissan melaporkan kerugian bersih yang besar, yaitu sekitar 700 hingga 750 miliar yen (sekitar Rp 91 sampai Rp 97 triliun) untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2025. Kerugian ini disebabkan oleh depresiasi aset yang signifikan dan peningkatan biaya operasional, yang mengakibatkan penurunan laba operasional sebesar 87,7 persen.

CEO Nissan, Ivan Espinosa, menyatakan bahwa perusahaan akan fokus pada efisiensi operasional dan pengurangan biaya untuk kembali mencapai profitabilitas pada tahun fiskal 2026. Ini akan menjadi tantangan besar bagi Nissan, mengingat kompleksitas dan biaya yang terlibat dalam restrukturisasi skala besar.

Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari restrukturisasi ini terhadap industri otomotif global, khususnya persaingan dengan produsen mobil lain. Keberhasilan strategi Nissan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk mengelola perubahan dengan efektif dan efisien, sambil memastikan kesejahteraan para pekerjanya.

Ke depan, Nissan perlu mempertimbangkan strategi yang berkelanjutan, termasuk investasi dalam teknologi baru seperti kendaraan listrik, untuk memastikan daya saingnya di pasar otomotif yang semakin kompetitif. Transparansi dan komunikasi yang efektif dengan para stakeholder sangat penting untuk mengurangi dampak negatif dari restrukturisasi ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *