Merawat motor tua, khususnya motor antik yang berusia sebelum tahun 1960, bukanlah tugas mudah. Dibutuhkan dedikasi, pengetahuan mekanik yang mumpuni, dan kesabaran ekstra untuk menjaga kendaraan klasik ini tetap dalam kondisi prima. Ini adalah tantangan yang dihadapi oleh para anggota komunitas pecinta motor antik, seperti Motor Antik Club Indonesia (MACI) Jakarta Raya.
Tantangan Perawatan Motor Antik
Para anggota MACI Jakarta Raya menghadapi berbagai tantangan dalam merawat motor antik koleksi mereka. Keterbatasan suku cadang menjadi kendala utama.
Usia material kendaraan juga menjadi faktor penting. Material yang sudah tua rentan mengalami kerusakan dan sulit ditemukan penggantinya.
Yanto Bruno, Wakil Ketua MACI Jakarta Raya, menjelaskan bahwa perawatan motor antik membutuhkan pendekatan yang berbeda dari motor modern. Mereka seringkali harus melakukan modifikasi atau pembuatan suku cadang sendiri.
MACI Jakarta Raya memiliki strategi unik dalam mengatasi permasalahan spare part. Anggota sering berkolaborasi, saling berbagi suku cadang (cannibal), memanfaatkan bengkel bubut, bahkan membuat sendiri suku cadang yang dibutuhkan.
Mencari Material Pengganti Berkualitas
Menemukan material pengganti yang kualitasnya setara dengan suku cadang asli merupakan tantangan tersendiri. Motor-motor antik Eropa dan Amerika terkenal dengan materialnya yang tahan lama.
Yanto menekankan kualitas material motor antik dari Eropa dan Amerika. Material tersebut terbukti awet dan tahan lama, sehingga motor-motor tersebut masih dapat beroperasi hingga puluhan tahun.
Ketahanan material tersebut menjadi bukti kualitas pembuatan motor antik. Banyak motor antik berusia lebih dari 80 tahun yang masih beroperasi hingga saat ini.
MACI: Melestarikan Sejarah Otomotif
MACI memiliki anggota yang sebagian besar mewarisi motor antik dari generasi sebelumnya, baik dari keluarga maupun hasil pembelian. Motor klasik, meskipun harganya tinggi, tetap diminati para kolektor.
Nilai sentimental dan sejarah yang melekat pada motor antik membuat harganya tinggi. Namun bagi para anggota MACI, harga bukan menjadi faktor utama dalam kepemilikan motor antik.
Bagi Yanto dan para anggota MACI, merawat motor tua bukan sekadar hobi. Mereka melihatnya sebagai upaya melestarikan sejarah dan warisan budaya otomotif Indonesia yang hampir punah.
MACI, yang awalnya bernama Motor Antik Club (MAC) yang didirikan di Jawa Barat pada tahun 1976, telah berkembang menjadi organisasi nasional pada tahun 1994.
Perkembangan MAC menjadi MACI menunjukan semakin banyaknya pecinta motor tua di seluruh Indonesia. Komunitas ini menjadi wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam merawat motor antik.
Melalui perawatan dan pelestarian motor antik, MACI berkontribusi dalam menjaga warisan budaya otomotif Indonesia. Komunitas ini terus berupaya agar kendaraan bersejarah ini tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.