Nissan, pabrikan otomotif asal Jepang, tengah menghadapi tantangan keuangan yang signifikan. Langkah terbaru yang diambil adalah rencana penutupan beberapa pabrik di Jepang dan negara lain. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemangkasan biaya besar-besaran untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan.
Salah satu pabrik yang dikabarkan akan ditutup adalah pabrik Oppama di Jepang. Pabrik ini bersejarah bagi Nissan, karena menjadi tempat produksi mobil pertama mereka pada tahun 1961 dan juga tempat pertama kali Nissan Leaf diproduksi. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi tahunan 240.000 unit dan mempekerjakan 3.900 karyawan hingga akhir Oktober lalu.
Selain Oppama, pabrik Shonan yang dioperasikan oleh Nissan Shatai (di mana Nissan memiliki 50% saham) juga masuk dalam daftar penutupan. Pabrik Shonan memproduksi kendaraan komersial dengan kapasitas produksi 150.000 unit dan mempekerjakan 1.200 orang. Penutupan kedua pabrik ini akan meninggalkan Nissan hanya dengan tiga pabrik perakitan di Jepang.
Ekspansi Global Nissan yang Terhambat
Tidak hanya di Jepang, Nissan juga dikabarkan akan menghentikan produksi di beberapa negara lain. Afrika Selatan, India, dan Argentina masuk dalam daftar negara yang akan kehilangan pabrik produksi Nissan. Di Meksiko, perusahaan berencana memangkas jumlah pabriknya. Informasi ini berasal dari sumber internal yang dikutip oleh Reuters.
Langkah drastis ini sejalan dengan pengumuman sebelumnya oleh Nissan mengenai pemangkasan biaya. Perusahaan telah mengumumkan rencana pengurangan tenaga kerja sebesar 15% dan pengurangan jumlah pabrik produksi dari 17 menjadi 10 di seluruh dunia. Surat kabar Yomiuri bahkan menyebutkan bahwa penutupan pabrik di Jepang sudah pasti terjadi, dan penutupan pabrik di Meksiko masih dalam pertimbangan.
Tanggapan Resmi Nissan dan Analisis Situasi
Menanggapi rumor yang beredar, Nissan mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebut laporan tentang penutupan pabrik tersebut bersifat spekulatif dan tidak berdasarkan informasi resmi perusahaan. “Saat ini kami tidak akan memberikan komentar lebih lanjut mengenai hal ini. Kami berkomitmen untuk menjaga transparansi dengan para pemangku kepentingan dan akan mengkomunikasikan setiap informasi terbaru yang relevan jika diperlukan,” demikian pernyataan resmi Nissan.
Penurunan penjualan Nissan memang cukup signifikan. Penjualan fiskal perusahaan tahun 2024 tercatat mengalami penurunan 42 persen sejak tahun 2017. Di bawah kepemimpinan CEO baru, Ivan Espinosa, Nissan tengah melakukan sejumlah langkah agresif untuk membalikkan keadaan. Salah satu contohnya adalah penggabungan produksi pikap Frontier dan Navara dari Meksiko dan Argentina ke dalam satu pusat produksi di sekitar pabrik Civac, Meksiko.
Implikasi Penutupan Pabrik Terhadap Karyawan dan Pasar
Penutupan pabrik ini tentu akan berdampak besar bagi ribuan karyawan yang terdampak PHK. Pemerintah setempat mungkin perlu menyiapkan program relokasi pekerjaan dan pelatihan untuk membantu para pekerja yang kehilangan pekerjaan. Selain itu, dampaknya juga akan terasa bagi perekonomian daerah sekitar pabrik yang akan kehilangan sumber pendapatan signifikan.
Di sisi lain, penutupan pabrik juga bisa berdampak pada ketersediaan kendaraan Nissan di pasar global. Jika produksi berkurang, maka kemungkinan besar akan ada peningkatan harga atau waktu tunggu yang lebih lama untuk mendapatkan mobil Nissan. Namun, strategi ini mungkin diyakini Nissan akan meningkatkan efisiensi dan keuntungan jangka panjang perusahaan.
Langkah-langkah pemangkasan biaya yang dilakukan Nissan menunjukkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi perusahaan. Keberhasilan strategi ini akan menentukan masa depan Nissan di industri otomotif yang semakin kompetitif. Perusahaan perlu memastikan bahwa proses restrukturisasi dilakukan dengan bijak dan memperhatikan kesejahteraan karyawan yang terdampak.
Kesimpulannya, rencana penutupan pabrik Nissan merupakan langkah besar dan berisiko tinggi. Namun, perusahaan tampaknya melihatnya sebagai langkah yang perlu diambil untuk memastikan keberlangsungan bisnis di masa depan. Keberhasilan strategi ini akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk kemampuan Nissan untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengelola dampak sosial dari PHK, dan beradaptasi dengan perubahan di pasar otomotif global.