Memiliki motor gede (moge) memang terlihat gagah dan menarik perhatian. Sensasi berkendara dengan suara mesin yang menggelegar dan bodi besarnya memang menggoda. Namun, di balik pesona tersebut, ada beberapa tantangan dan “derita” yang jarang diungkap oleh para pengendaranya.
Artikel ini akan mengulas beberapa sisi kurang menyenangkan dari kepemilikan dan pengoperasian moge, memberikan gambaran yang lebih lengkap bagi Anda yang tertarik atau sedang mempertimbangkan untuk memiliki kendaraan roda dua bertenaga besar ini.
Hawa Panas Mesin: Ancaman bagi Kaki Pengendara
Mesin moge dengan kapasitas besar, mulai dari 600cc hingga di atas 1000cc, menghasilkan panas yang signifikan.
Panas ini langsung terasa di kaki pengendara, terutama saat terjebak macet atau berkendara di tengah kota yang padat.
Sensasinya seperti berada di dekat knalpot yang menyengat dan membuat kulit terasa terbakar.
Celana tipis atau riding gear yang tidak tahan panas akan memperparah kondisi ini.
Kemacetan: Mimpi Buruk Pengendara Moge
Moge dirancang untuk kecepatan dan jalanan terbuka, bukan untuk merayap di tengah kemacetan.
Kondisi macet menyebabkan panas mesin terperangkap dan sulit terbuang karena minimnya sirkulasi udara.
Sistem pendinginan mesin, baik air-cooled maupun liquid-cooled, menjadi tidak optimal pada kecepatan rendah.
Pengendara harus menghadapi panas yang luar biasa dan beban berat motor yang menyulitkan manuver.
Bobot Moge: Tantangan Fisik dan Risiko Pegal Linu
Berat moge yang jauh lebih besar daripada motor biasa merupakan tantangan tersendiri.
Manuver stop-and-go atau berhenti di lampu merah membutuhkan tenaga ekstra untuk menjaga keseimbangan.
Otot kaki dan tangan akan mudah lelah, bahkan berisiko kehilangan kendali di jalan menanjak atau menurun.
Pegal dan kaku setelah perjalanan jauh menjadi hal yang lumrah bagi pengendara moge.
Pajak Tinggi: Beban Finansial yang Tak Terhindarkan
Kepemilikan moge juga berarti siap menanggung beban pajak yang tinggi.
Di Indonesia, moge dengan kapasitas mesin di atas 500cc dikenakan pajak kendaraan bermotor (PKB) yang lebih besar.
Tarifnya bisa mencapai jutaan rupiah per tahun, tergantung jenis, tahun kendaraan, dan wilayah.
Pajak progresif dan BBN-KB untuk kendaraan impor dapat menambah beban biaya.
Biaya ini sering dikeluhkan karena tidak selalu sebanding dengan infrastruktur dan layanan jalan yang ada.
Kesimpulannya, memiliki moge bukanlah sekadar soal gengsi atau kesenangan berkendara. Ada berbagai pertimbangan, mulai dari kenyamanan fisik hingga beban finansial yang perlu dipertimbangkan secara matang. Mempertimbangkan aspek-aspek ini akan membantu Anda membuat keputusan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan Anda.