Ancaman Ormas Ganggu Pabrik BYD-VinFast: Bahaya Investasi RI Terancam

Aksi premanisme yang dilakukan oleh organisasi masyarakat (ormas) di Indonesia menimbulkan kekhawatiran serius terhadap iklim investasi. Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mengungkapkan keprihatinannya, mengatakan bahwa jika premanisme tidak ditangani secara efektif, investor asing akan berpikir ulang untuk menanamkan modal di Indonesia dan beralih ke negara lain yang lebih kondusif.

Wakil Ketua Umum KADIN bidang Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, menyatakan, “Premanisme mengganggu iklim investasi. Misal pabrik mobil China di Subang, cerita ini bakal sampai ke kantor pusat di China. Ini juga jadi bahan informasi nggak positif bagi calon investor lain, bahwa di Indonesia kita sudah urus izin, sudah mengeluarkan biaya, kok ada lagi biaya preman.” Pernyataan ini menyoroti dampak negatif premanisme terhadap citra Indonesia di mata dunia usaha.

Sarman menambahkan bahwa Indonesia perlu belajar dari negara pesaing seperti Vietnam yang gencar menarik investor dengan memberikan insentif yang menarik, termasuk penyediaan lahan dan kemudahan perizinan. “Kita punya keunggulan dibanding Vietnam dari sisi populasi yang sangat besar nomor 5 terbesar dunia. Dari sisi daya tarik unggul tapi kalau non teknis ga bisa benahi, mungkin calon investor pilih Vietnam, kita yang rugi,” ujarnya. Persaingan ketat ini menuntut Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang lebih aman dan terjamin.

Dampak Premanisme terhadap Investasi Asing

Kasus premanisme yang mengganggu pembangunan pabrik mobil listrik PT Build Your Dream (BYD) di Subang, Jawa Barat, menjadi contoh nyata dampak negatifnya. Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, menyebutkan bahwa gangguan tersebut terjadi bahkan sebelum pabrik tersebut beroperasi secara penuh. “BYD kan sedang dalam tahap pembangunan yang ada di Subang itu ya, jadi secara operasional kan belum berfungsi, tetapi kan lalu lintas dari kendaraan untuk mengangkut material, alat-alat untuk dibangun, dan lain-lain, itu kan juga konon kabarnya mendapatkan gangguan,” ungkap Eddy Soeparno.

Bukan hanya BYD yang menjadi korban. Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko, mengungkapkan bahwa pabrikan asal Vietnam, VinFast, juga mengalami gangguan serupa. “Saya secara pribadi saya pernah dilaporin, seperti VinFast, ada gangguan-gangguan, saya sudah bantu komunikasikan ke wilayah,” kata Moeldoko. Hal ini menunjukkan bahwa masalah premanisme bukan hanya memengaruhi satu perusahaan saja, tetapi berpotensi meluas dan merugikan banyak investor.

Yannes Pasaribu, pengamat otomotif dan akademisi ITB, menekankan pentingnya investasi BYD bagi perkembangan industri otomotif dan ekonomi Indonesia dalam ekosistem kendaraan listrik (EV). Ia memperingatkan bahwa premanisme dapat merusak reputasi Indonesia sebagai destinasi investasi yang aman dan terpercaya di mata internasional. “Mengingat posisi strategis BYD dalam ekosistem EV dunia, maka hal ini dan berbagai kompleksitas lainnya dapat mempengaruhi persepsi internasional tentang kemampuan Indonesia dalam menarik investasi asing dan berpotensi menciptakan keraguan berbagai investor asing lainnya terkait kepastian serta penegakan hukum untuk berinvestasi di Indonesia,” jelas Yannes.

Solusi Mengatasi Premanisme dan Meningkatkan Iklim Investasi

Pemerintah perlu mengambil langkah tegas untuk memberantas premanisme dan menciptakan iklim investasi yang kondusif. Hal ini meliputi penegakan hukum yang tidak pandang bulu terhadap pelaku premanisme, serta perlindungan yang lebih kuat bagi investor. Pentingnya transparansi dan kemudahan perizinan juga harus menjadi fokus utama.

Selain itu, pemerintah dapat belajar dari negara-negara lain yang sukses menarik investasi asing dengan memberikan insentif yang kompetitif dan menciptakan lingkungan usaha yang terbebas dari gangguan keamanan. Kerjasama yang baik antara pemerintah, aparat penegak hukum, dan asosiasi pengusaha sangat krusial untuk menciptakan sinergi yang efektif dalam mengatasi masalah premanisme dan meningkatkan daya tarik investasi di Indonesia.

Pentingnya membangun kepercayaan investor asing harus menjadi prioritas utama. Keberhasilan Indonesia dalam menarik investasi asing bergantung pada kemampuannya untuk menciptakan iklim investasi yang aman, transparan, dan terprediksi. Dengan demikian, Indonesia dapat bersaing secara efektif dengan negara-negara lain dalam menarik investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kesimpulannya, premanisme merupakan ancaman serius bagi iklim investasi di Indonesia. Tindakan tegas dan terintegrasi dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini dan membangun kepercayaan investor asing. Keberhasilan Indonesia dalam menarik investasi bergantung pada kemampuannya untuk menciptakan lingkungan usaha yang aman, transparan, dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Exit mobile version