Penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2025 diprediksi akan jauh meleset dari target Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO). Riyanto, peneliti dari LPEM UI, memperkirakan penjualan mobil baru hanya akan mencapai sekitar 756.000 unit. Angka ini jauh di bawah target GAIKINDO sebesar 850.000 unit, bahkan lebih rendah dari penjualan tahun 2024 yang mencapai 865.723 unit.
Salah satu faktor utama penyebab penurunan penjualan adalah kebijakan pajak tambahan atau opsen di beberapa daerah, seperti Jakarta dan Jawa Barat. Kebijakan ini dinilai membebani daya beli masyarakat, sehingga mengurangi minat beli kendaraan bermotor. Selain itu, melemahnya daya beli masyarakat secara umum dan pertumbuhan ekonomi yang belum mencapai target (hanya 4,7% pada kuartal pertama, dari target 5,2%) turut memperparah situasi.
Dampak Pajak dan Daya Beli terhadap Penjualan Mobil
Pajak kendaraan bermotor yang tinggi di Indonesia menjadi beban tersendiri bagi konsumen. Hal ini diperparah dengan daya beli masyarakat yang menurun akibat berbagai faktor ekonomi. Bandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang memiliki PDB per kapita lebih tinggi, namun pajak kendaraan hanya mencapai 30% dari harga jual. Di Indonesia, kontribusi pajak terhadap harga jual mobil mencapai 50%, sebuah angka yang cukup signifikan dan perlu dikaji ulang.
Kondisi ini diperburuk lagi dengan kurangnya aksesibilitas pembiayaan yang terjangkau bagi masyarakat. Tingginya suku bunga kredit dan persyaratan yang ketat membuat banyak calon pembeli mobil mengurungkan niatnya. Pemerintah perlu mempertimbangkan untuk memberikan insentif pembiayaan yang lebih baik, agar masyarakat lebih mudah memiliki kendaraan bermotor.
Peran Pemerintah dan Insentif
GAIKINDO berharap pemerintah tidak hanya fokus pada mobil listrik, tetapi juga memperhatikan penjualan mobil konvensional mengingat penurunan penjualan yang signifikan. Sekretaris Umum GAIKINDO, Kukuh Kumara, menyoroti pentingnya fleksibilitas kebijakan pemerintah dan memberikan insentif yang tepat. Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan mobil hybrid yang mulai dilirik pabrikan China.
Kukuh berpendapat bahwa insentif untuk mobil konvensional, khususnya ICE (Internal Combustion Engine) dan LCGC (Low Cost Green Car), dapat meningkatkan volume pasar hingga 3 juta unit. Peningkatan ini akan berdampak positif pada perekonomian, khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur. “Kalau otomotif menambah satu tenaga kerja, efeknya itu untuk dua orang. Jadi, efek pengungkitnya luar biasa,” tegas Kukuh.
Kukuh menambahkan, peningkatan penjualan mobil juga akan mendorong pabrikan otomotif untuk menambah kapasitas produksi mereka. Hal ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, perluasan insentif otomotif sangat diperlukan untuk menjaga pertumbuhan sektor ini.
Analisis Penjualan Mobil Januari-April 2025
Data GAIKINDO menunjukkan penurunan penjualan mobil sepanjang Januari-April 2025. Penjualan wholesales (dari pabrik ke dealer) hanya mencapai 256.368 unit, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai 264.014 unit. Penjualan retail (dari dealer ke konsumen) juga mengalami penurunan, hanya mencapai 267.514 unit.
Penurunan penjualan ini semakin menguatkan argumen perlunya peninjauan kembali kebijakan pajak dan pemberian insentif yang lebih luas, tidak hanya terfokus pada mobil listrik. Pemerintah perlu merencanakan strategi yang lebih komprehensif untuk mendorong pertumbuhan sektor otomotif dan memberikan dukungan bagi industri dan konsumen.
Kesimpulan
Penurunan penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2025 merupakan tantangan serius yang membutuhkan solusi komprehensif dari pemerintah. Kombinasi dari pajak yang tinggi, daya beli masyarakat yang lemah, dan fokus pemerintah yang terpusat pada mobil listrik tanpa memperhatikan pasar mobil konvensional, berkontribusi besar terhadap penurunan ini. Pemerintah perlu merevisi kebijakan pajak, memberikan insentif yang lebih luas kepada seluruh segmen pasar otomotif, dan meningkatkan daya beli masyarakat untuk mengatasi masalah ini.